Senin, 27 Juni 2011

I Love Allah

Udah lama ni ga nyorat-nyoret blog hehehe
Emang lagi ga ada inspirasi, males, dan kayanya ga ada yang pernah berkunjung juga ke blog gue, apalagi ngebaca hahaha, maklumlah tulisannya masih ga karuan. Bahasanya juga ga jelas, jauh banget sama bahasa indonesia yang baik dan benar. Ditambah gue selalu posting lewat hp, jadi tataletak blog ini bener-bener berantakan *emang blogger yang puualiinngg males gue hahahaha

Well, entah lah bagaimana nasib gue ini.
Rencana untuk aktivitas liburan GAGAL TOTAL. Mungkin memang persiapan gue yang kurang mateng dan gue kurang fokus. Terlalu banyak rencana ujung-ujungnya nol besar.

Berusaha buat nikmatin aja. Suatu saat ini akan menjadi kenangan.

Seperti inilah kehidupan, kadang kita ada di atas, kadang pula kita ada di bawah.
Saat berada di atas sering kali lupa dengan Sang Pencipta, namun saat sedang dibawah selalu mengeluh kesah bahkan terkadang menyalahkan Allah Yang Maha Kuasa.
Manusia manusia, seperti itulah, tidak ada yang sempurna.
Namun begitu luar biasanya saat kita bisa merasakan betapa dekatnya dengan Gusti Allah, mensyukuri apa yang diberikanNYA. Makan dengan tahu tempe rasanya begitu nikmat, minum dengan air putih rasanya begitu segar, tidak punya uang masih bisa menikmati keindahan alam. Alhamdulillah begitu luar biasa kekuasaan Allah.

Buat apa lah kita terlalu ngoyo untuk kehidupan dunia yang hanya sesaat. Alangkah lebih tenangnya mengejar akhirat. Kehidupan dunia pun menjadi lebih nikmat.

Senin, 13 Juni 2011

TIDAK MUNGKIN

Astagfirullahalazim. TIDAK MUNGKIN.

Pagi ini saat ayahku mengatakan seperti itu, sungguh sungguh perih batin ini. Aku tak sanggup lagi menompang tubuhku. Bahkan air mata ku perlahan membasahi pipiku. Aku berusaha sekuat tenaga mencoba menahannya, namun lagi-lagi, kata-kata itu terus berwira-wiri di fikiranku.

Aku cukup jelas mengerti teradisi di keluarga besar ku. Terlebih soal silsilah keturunan atau nisab.

Aku sama sekali tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi kepadaku. Sungguh sama sekali tidak pernah.
Walau aku tahu dia memiliki akhlak dan background pendidikan yang baik, bahkan masa depan yang suduh cukup jelas. Namun tidak mungkin.

Berkali-kali aku mencoba meyakinkan diriku bahwa ini TIDAK MUNGKIN.

Tapi lagi-lagi aku teringat perkataan ayah.
"abah sih setuju-setuju saja, masa depannya juga sudah cukup jelas"
Itu aku baru mendengar pendapat ayah, belum dari ibuku, kakak ku, dan saudara-saudara ku.
Walaupun tanpa mendengarnya aku sudah cukup tau argumen mereka tentang ini.

Kenapa kenapa harus aku??
Aku tidak sebaik tampangku.
Dari luar aku memang terlihat anak yang baik, dewasa, dan mandiri.
Tapi sesungguhnya tidak, aku tidak seperti itu.
Aku ini sosok seorang yang berlumuran dosa, aku seseorang yang emosional, egoku sangat tinggi, dan aku ini sangat keras kepala. Sering kali kata-kata tidak baik terlontar dari mulut ku, terlebih sebelum aku mengenal pereman itu.

Pereman (sebut saja seperti itu). Walau sedikit agak seram tapi ia memang pereman. Jika melihat badannya yang tinggi besar, terutama alisnya yang sedikit agak zigzag. Namun ia pereman yang berpendidikan, pereman yang sangat begitu mencintai Allah SWT, pereman yang sering mengingatkanku akan kematian, ia sangat rendah hati bahkan ia sangat malu jika kelebihannya di ketahui orang lain dan ia pereman yang rela mati demi menegakkan kebenaran. Aku banyak belajar berbagai hal dari dirinya. Ia mengayomiku penuh dengan kelembutan dan kesabaran. Walaupun aku belum tahu seperti apa masa depan dirinya, namun aku yakin dengan kemampuan yang di milikinya, ia pasti akan meraih kesuksesan sesuai apa yang ia inginkan.
Terlebih pereman itu mempunyai peran yang cukup besar dalam membantu menggapai mimpiku.

Ilmuku tentang agamaku memang masih sangat cetek sekali, yang aku tahu, aku hanya harus melakukan apa yang di perintahkan oleh Allah SWT dan meninggalkan apa yang dilarangNYA.
Namun apakah sebuah nisab dapat membuktikan ketakwaan seseorang di mata Allah Yang Maha Esa??
Jika memang iya, aku siap menjalankan apa yang keluargaku ingin kan. Lalu jika memang tidak, tolong lepaskan aku dari keadaan seperti ini.
Ini membuatku sama sekali tidak nyaman.

Sungguh aku tak ingin hari ini terjadi.